HISTORIS: Kondisi bangunan GPIB Immanuel Mojokerto yang tercatat sebagai gereja tertua dengan peninggalan sejarah berupa bunker di bagian sudut sebelah barat laut bangunan gereja. (Sofan Kurniawan/Jawa Pos Radar Mojokerto)

Logo

14 December 2022 10:06 AM

 

Juga Punya Bunker Zaman Belanda

Eksistensi umat Kristiani Kota Mojokerto sudah diakui sejak era penjajahan. Keberadaan Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel Mojokerto menjadi buktinya. Tak hanya unik, tempat peribadatan ini juga memiliki nilai sejarah tinggi.

INDAH OCEANANDA, Magersari, Jawa Pos Radar Mojokerto

 

SEKILAS, bangunan gereja yang terletak di Jalan Ahmad Yani Nomor 1, Kelurahan Purwotengah, Kecamatan Magersari ini jauh dari kesan tua. Namun siapa sangka, gedung ini menyimpan banyak histori. Mulai dari arsitektur peninggalan kolonial Belanda, Kitab Injil berusia ratusan tahun, hingga keberadaan bunker yang misterius.

Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Mojokerto Erika Tataung menceritakan, berdasarkan catatan sejarah, gereja ini didirikan tahun 1899 silam. Awalnya, dibangun hanya untuk warga Belanda. Sebab, saat berburu rempah-rempah, Ratu Belanda ingin mereka tetap mempertahankan keimanannya. ’’Jadi, waktu itu misinya bukan untuk menyebarkan agama Nasrani. Tapi untuk memelihara keimanan mereka dengan tertib beribadah,’’ ujarnya.

Erika menuturkan bangunan di sekitar gereja, semula difungsikan sebagai gedung pemerintahan di era Belanda. Sedang bangunan gereja, kala itu sangat kecil dibandingkan bangunan saat ini. ’’Hanya bisa menampung 30 jemaat dulunya,’’ papar pendeta yang sudah mengabdi di gereja ini sejak dua tahun lalu.

Erika menambahkan, gereja tertua di Kota Mojokerto ini pernah mengalami pemugaran di tahun 2000. Atau tepatnya saat bangunan gereja tersebut berusia 101 tahun. Sehingga, bangunan gereja yang ada sekarang ini sudah mengalami perubahan. ’’Pertimbangan karena jemaatnya juga semakin banyak akhirnya diperluas,’’ bebernya.

Dia menambahkan, dulunya terdapat lonceng di bangunan lama gereja ini. Namun, sekarang loncengnya sudah tiada. Sebab, lonceng yang difungsikan untuk memanggil jemaat beribadah itu hilang saat proses pemugaran. ’’Bangunan baru ini secara desainnya sama persis dengan yang lama. Tidak ada yang berubah, tapi kalau strukturnya memang berbeda,’’ jelas dia. Konstruksi bangunan lama gereja ini, sambung Erika, konon dibentuk dari kerangka besi dan timah yang didesain langsung dari Inggris.

Uniknya, gereja ini juga memiliki sejumlah peninggalan sejarah yang masih dirawat hingga kini. Yakni keberadaan bunker di bagian sudut sebelah barat laut bangunan gereja. Pantauan Jawa Pos Radar Mojokerto, bunker tersebut terlihat seperti gundukan berbentuk setengah bola. Itu berbahan semen dengan satu lubang di sisi barat. Selain itu, bunker ini juga memiliki lubang pada bagian atasnya. ”Waktu renovasi memang ada yang pernah mencoba masuk, hanya saja saat jalan isinya pasir semua. Takutnya semakin ke dalam sudah tidak ada oksigen,” terang dia.

Konstruksi bunker ini cukup kokoh. Meski sudah dibangun ratusan tahun, namun tak mengalami kerusakan. Namun, Erika menyebut, bunker ini tak memiliki keterkaitan dengan gereja. Hanya saja, saat didirikan memang berada di lokasi tempat peribadatan tersebut. ’’Kami juga tak berniat untuk merobohkan bunker tersebut, agar menjadi tanda peninggalan Belanda,’’ ucap wanita kelahiran Lampung ini. Adapun, lanjutnya, bunker ini konon bisa menembus tiga arah. Yakni, menuju kantor BPKAD Kota Mojokerto, Sekolah Yayasan TNH, serta Kelenteng Hok Sian Kiong.

Selain itu, peninggalan sejarah lainnya yang masih dipelihara hingga kini, yakni kitab Injil berusia ratusan tahun. Kitab yang dicetak tahun 1868 tersebut memiliki berat sekitar 3-4 kilogram dan masih dituliskan dalam Bahasa Belanda. ’’Ini Kitab Injil yang berisi Perjanjian Lama dan Baru yang kita punya tapi bahasa Belanda,’’ katanya.

Ke depannya, pihak gereja tetap akan mempertahankan beragam peninggalan sejarah yang masih tersisa ini. Seperti Kitab Injil berusia ratusan tahun, serta bunker yang berada di dalam kawasan gereja tersebut. Erika mengaku, karena merupakan gereja tertua, tak jarang banyak warga dari luar kota maupun luar wisatawan asing yang berdatangan.

Terlebih, saat perayaan Hari Natal. Tak hanya beribadah, mereka juga ingin menikmati nilai sejarah yang melekat pada gereja berusia 123 tahun itu. ”Harapannya, gereja ini menjadi kepedulian jemaat semua, untuk bagaimana rumah tempat beribadah dijaga dan dirawat. Supaya ada kenyamanan dan sejahtera, sehingga orang lain yang melihat juga senang,” tandasnya. (ron)

 

sumber: https://radarmojokerto.jawapos.com/features/14/12/2022/gpib-immanuel-gereja-tertua-kota-mojokerto-simpan-injil-ratusan-tahun/

 

 

 

Views: 4

By admin